Langsung ke konten utama

semangat Literasi


Gelora  semangat penggiat literasi di provinsi Banten khususnya kabupaten Lebak cukup baik, hal ini terbukti dengan antusiasnya peserta yang mengikuti Pelatihan Penulisan Majalah Kampung yang  digelar Kantor Bahasa Banten dan Forum TBM Provinsi Banten pada Selasa, 23 Mei 2017. Kegiatan yang berlangsung selama dua hari ini di laksanakan di gedung serba guna STKIP Setia Budhi Rangkasbitung Jl. Budi Utomo no. 22 L, Rangkasbitung Lebak Banten.

“Dengan membaca kita mengenal dunia, dengan menulis  kita menguasai dunia.” Begitulah quotes yang diungkapkan DC Aryadi pengelola TBM Kedai Proses sebagai kalimat pembuka dalam sambutannya , beliau  juga menyatakan bahwa Literasi itu bukan hanya persoalan menulis dan membaca tetapi bagaimana memanfaatkan ilmu pengetahuan yang diperoleh dari berbagai sumber  disiplin ilmu dan informasi yang di dapat dari dunia internet untuk  di manfaatkan dalam kehidupan sehari-hari.

Kegiatan ini menghadirkan dua narasumber  yaitu Wahyu Arya yang juga redaktur media online, Banten news memaparkan materi seputar dasar-dasar jurnalistik. Tujuannya agar para peserta dapat memahami dengan baik prinsip-prinsip jurnalistik dengan harapan peserta dapat menyampaikan berita  dengan benar kepada masyarakat dan Budi Harsoni dari Pelitabanten.com yang memaparkan tentang  tata cara mengirimkan tulisan ke media online sekaligus mengajak peserta mempraktikan langsung cara menjadi seorang jurnalis.

Dalam kegiatan Pelatihan Penulisan Majalah Kampung yang di hadiri oleh 50 peserta dari 10 TBM di Kabupaten Lebak  ini hadir perwakilan dari Kantor Bahasa Banten Muhammad Lutfi Baehaki yang langsung membuka acara tersebut. Wajah Lutfi Baihaqi tampak senang melihat antusiasme peserta dalam mengikuti acara Pelatihan Penulisan Majalah Kampung.
Sebagai peserta saya berharap dengan Pelatihan Penulisan Majalah Kampung ini menjadi motivasi bagi penggiat literasi khususnya di Lebak untuk meningkatkan kualitas masyarakat  agar lebih mengenal dunia literasi

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review

Judul:  Heart Block Penulis: Okke Sepatumerah Penerbit: GagasMedia Senja  Hadiningrat mengawali karirnya dari sebuah novel pertamanya berjudul Omnibus, ia berhasil meraih juara pertama dalam festival Penulis Indonesia kategori Pendatang Baru   Berbakat. Ia mendapat kesempatan memperdalam bakat menulisnya dengan mengikuti program menulis kreatif, tetapi novel yang ditulisnya tak sebagus novel pertamanya, hingga dewan juri membanding-bandingkannya dengan Omnibus.  Senja dibanjiri tawaran menulis. Tasya sang kakak tiri menobatkan diri sebagai manager Senja, ia menyarankan Senja menerima tawaran dari penerbit lain yang bekerja sama dengan sebuah merk fashion sepatu perempuan. Singkatnya, Senja harus menulis novel urban yang mengandung unsur promosi produk sepatu tersebut. Karya Senja itu pun meledak di pasaran. Banyak kaum muda khususnya perempuan yang menyukai novel tersebut. Seiring dengan melejitnya karir Senja sebagai penulis, kesibukannya pun bertambah. Ia wajib mengikuti kegi

Kotak Kosong

Kotak Kosong Lamat-lamat suara tahlilan menyeruak dari rumah sederhana di bibir pantai selatan. Gemerincik air hujan yang jatuh di atas tenda plastik berwarna biru seakan menambah suasana duka di desa terpencil itu. Puluhan pemuda dan beberapa anggota polisi duduk bergerombol sambil menatap karangan bunga duka cita dari komandan pasukan pengamanan presiden. Sementara di sudut rumah bagian tengah seorang perempuan setengah baya masih tak sadarkan diri melihat jasad suaminya terbujur kaku penuh luka tusukan senjata tajam. “Kenapa ya kematian pak kades begitu tragis dan mendadak?” ujar Randy pada sahabatnya “Sudah ajalnya begitu.” “Tapi aku mencurigai satu nama disini.” “Siapa?” tanya Abdul “Aku yakin dalang di balik penculikan dan pembunuhan pak kades adalah pak Imong, kan pak Imong salah satu calon lawan pak kades, lagian ya pak Imong itu sepertinya antusias banget pengen jadi kepala desa, Cuma wajahnya aja sok alim, padahal hatinya busuk.” Bisik Randy persis di daun teli

Untuk Sebuah Cinta Suci

Allahumma shoyyiban nafi’aan Zahra menggosok-gosok telapak tangan agar tubuhnya tidak terlalu dingin. Sementara Gi membuka jaket yang dikenakannya lalu membalutkannya pada tubuh Zahra. Dengan cekatan Gi memesan satu gelas teh manis hangat dan meminumkannya pada Zahra. “Sudah tidak terlalu dingin kan?” Zahra menggelengkan kepala. “Mie ayamnya cepet dimakan, nanti keburu dingin!” “Masih males gerakin tangan.” “Yah, mulai deh manjanya, bilang aja pengen disuapin.” Ujar Gi sambil mengambil sendok garpu, ia bermaksud menyuapi Zahra, tetapi tangannya ditahan Zahra. “Bisa sendiri kok.” “Siapa juga yang mau suapin kamu.” “Ya udah fokus makan masing-masing.” Zahra pura-pura ngambek. Mereka diam bebrapa menit. “Ra,” “Hmmm.” Zahra mengangkat kepalanya, menatap wajah Gi, lalu tertawa. “Ada yang lucu dengan wajahku?” tanya Gi. Zahra hanya tersenyum, ia mengambil tisu lalu membersihkan dagu kekasihnya yang belepotan bumbu mie ayam.   “Ra apa kamu yakin dengan keputusan