Langsung ke konten utama

Kembalilah, Aku Masih Menunggumu

Kamu di mana? Aku sedih kamu tak menyambut kepulanganku di rumah atau kamu sedang main di luar?
Malam ini aku menantimu, telah kusajikan ikan kesukaanmu... Maaf ya, terkadang aku hanya menyajikan ikan asin untukmu, kau mendengus kesal, akupun ikut kesal karena kamu ga mau makan... Kamu malah menarik-narik bajuku dan membuatku bertambah kesal.
Kamu di mana? Aku menunggumu, aku mulai sedih, ikan yang kusajikan masih utuh 😭😭
Hari kedua aku menunggumu pulang, aroma pepesan ikan sangat membangkitkan selera, tapi air mataku meleleh ketika menyadari kamu tak ada 😭😭😭😭

Kamu di mana? Kumohon segeralah kembali dan lihatlah betapa sedihnya aku ketika mengingatmu.... Mengingat kebaikan kamu, kelucuanmu, nakalmu dan semua tentang kamu 😭😭
Pulanglah khurairaku, walau kadang kamu bikin kesal tapi percayalah aku sangat mencintai dan menyayangi kamu.... Kamu sangat baik, kamu sering mengganggu tempat tidurku tapi kamu ga pernah mengganggu acara makanku.... Kau hanya duduk di sampingku, menunggu aku selesai makan dan mungkin kamu berharap dapet jatah ikan lagi dari sisa makanku...

Khuraira kucingku yang manis segeralah pulang, aku rindu bercanda bersamamu, kamu lucu dan selalu bisa menghiburku 

#galau kehilangan kucing yang sudah nurut banget 😭😭😭😭

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review

Judul:  Heart Block Penulis: Okke Sepatumerah Penerbit: GagasMedia Senja  Hadiningrat mengawali karirnya dari sebuah novel pertamanya berjudul Omnibus, ia berhasil meraih juara pertama dalam festival Penulis Indonesia kategori Pendatang Baru   Berbakat. Ia mendapat kesempatan memperdalam bakat menulisnya dengan mengikuti program menulis kreatif, tetapi novel yang ditulisnya tak sebagus novel pertamanya, hingga dewan juri membanding-bandingkannya dengan Omnibus.  Senja dibanjiri tawaran menulis. Tasya sang kakak tiri menobatkan diri sebagai manager Senja, ia menyarankan Senja menerima tawaran dari penerbit lain yang bekerja sama dengan sebuah merk fashion sepatu perempuan. Singkatnya, Senja harus menulis novel urban yang mengandung unsur promosi produk sepatu tersebut. Karya Senja itu pun meledak di pasaran. Banyak kaum muda khususnya perempuan yang menyukai novel tersebut. Seiring dengan melejitnya karir Senja sebagai penulis, kesibukannya pun bertambah. Ia wajib mengikuti kegi

Kotak Kosong

Kotak Kosong Lamat-lamat suara tahlilan menyeruak dari rumah sederhana di bibir pantai selatan. Gemerincik air hujan yang jatuh di atas tenda plastik berwarna biru seakan menambah suasana duka di desa terpencil itu. Puluhan pemuda dan beberapa anggota polisi duduk bergerombol sambil menatap karangan bunga duka cita dari komandan pasukan pengamanan presiden. Sementara di sudut rumah bagian tengah seorang perempuan setengah baya masih tak sadarkan diri melihat jasad suaminya terbujur kaku penuh luka tusukan senjata tajam. “Kenapa ya kematian pak kades begitu tragis dan mendadak?” ujar Randy pada sahabatnya “Sudah ajalnya begitu.” “Tapi aku mencurigai satu nama disini.” “Siapa?” tanya Abdul “Aku yakin dalang di balik penculikan dan pembunuhan pak kades adalah pak Imong, kan pak Imong salah satu calon lawan pak kades, lagian ya pak Imong itu sepertinya antusias banget pengen jadi kepala desa, Cuma wajahnya aja sok alim, padahal hatinya busuk.” Bisik Randy persis di daun teli

Untuk Sebuah Cinta Suci

Allahumma shoyyiban nafi’aan Zahra menggosok-gosok telapak tangan agar tubuhnya tidak terlalu dingin. Sementara Gi membuka jaket yang dikenakannya lalu membalutkannya pada tubuh Zahra. Dengan cekatan Gi memesan satu gelas teh manis hangat dan meminumkannya pada Zahra. “Sudah tidak terlalu dingin kan?” Zahra menggelengkan kepala. “Mie ayamnya cepet dimakan, nanti keburu dingin!” “Masih males gerakin tangan.” “Yah, mulai deh manjanya, bilang aja pengen disuapin.” Ujar Gi sambil mengambil sendok garpu, ia bermaksud menyuapi Zahra, tetapi tangannya ditahan Zahra. “Bisa sendiri kok.” “Siapa juga yang mau suapin kamu.” “Ya udah fokus makan masing-masing.” Zahra pura-pura ngambek. Mereka diam bebrapa menit. “Ra,” “Hmmm.” Zahra mengangkat kepalanya, menatap wajah Gi, lalu tertawa. “Ada yang lucu dengan wajahku?” tanya Gi. Zahra hanya tersenyum, ia mengambil tisu lalu membersihkan dagu kekasihnya yang belepotan bumbu mie ayam.   “Ra apa kamu yakin dengan keputusan