Tak ada yang bisa merubah takdir kecuali doa. Itulah yang selalu tertanam di hatiku. Aku mencintai lelaki yang telah memiliki kekasih hati. Awalnya aku cuek padanya, komunikasi hanya sekedar menyapa dan tanya kabar tetapi lambat laun dia memberikan banyak sinyal-sinyal yang menunjukan betapa pedulinya dia terhadapku, dia selalu hadir di setiap tulisan statusku, bahkan sepertinya dia telah melacak media sosialku karena kutemukan sebuah jempol pertanda dia mengikuti dan menyukai fans pageku. Aku berpikir pasti dia tak menemukan akun media sosialku, sebab nama akunku telah kuubah untuk sementara.
Semakin lama mengenalnya semakin bertambah pula perhatiannya, lalu hatiku mulai luluh bahkan mulai berharap dialah lelaki yang kelak menjadi pendampingku, imam dalam rumahtanggaku, ayah dari anak-anakku. Kudapati keyakinan dia lelaki yang sangat bertanggungjawab, giat bekerja dan semangat dalam beribadah. Tapi aku menyadari satu hal, dia kekasih dari perempuan lain dan bisa jadi perempuan itupun sangat mengharapkannya. Aku tak akan merebutnya dari perempuan, aku tak mau melukainya, biarlah takdir Allah yang menentukan. Aku selalu bersholawat seraya berdoa agar Allah menyatukanku dengannya, kadang aku terkesan memaksa kehendakku padaNYA. Aku tak pernah lelah berdo'a dan bersholawat, pagi, siang, malam, saat sujud terakhir dalam sholat fardu dan sunah, dalam safar, ketika di majlis ilmu dan ketika hujan turun.
Suatu malam lelaki itu datang secara khusus padaku menanyakan isi hatiku, tapi aku tak menjawab dengan sejujurnya, aku menjawab, aku mengaggapmu sebagai kakak lelakiku. Aku takut dia hanya mengujiku karena akupun kerap membalas perhatiannya. Aku takut dia menjauh setelah dia tahu isi hatiku yang sebenernya.
Semakin lama mengenalnya semakin bertambah pula perhatiannya, lalu hatiku mulai luluh bahkan mulai berharap dialah lelaki yang kelak menjadi pendampingku, imam dalam rumahtanggaku, ayah dari anak-anakku. Kudapati keyakinan dia lelaki yang sangat bertanggungjawab, giat bekerja dan semangat dalam beribadah. Tapi aku menyadari satu hal, dia kekasih dari perempuan lain dan bisa jadi perempuan itupun sangat mengharapkannya. Aku tak akan merebutnya dari perempuan, aku tak mau melukainya, biarlah takdir Allah yang menentukan. Aku selalu bersholawat seraya berdoa agar Allah menyatukanku dengannya, kadang aku terkesan memaksa kehendakku padaNYA. Aku tak pernah lelah berdo'a dan bersholawat, pagi, siang, malam, saat sujud terakhir dalam sholat fardu dan sunah, dalam safar, ketika di majlis ilmu dan ketika hujan turun.
Suatu malam lelaki itu datang secara khusus padaku menanyakan isi hatiku, tapi aku tak menjawab dengan sejujurnya, aku menjawab, aku mengaggapmu sebagai kakak lelakiku. Aku takut dia hanya mengujiku karena akupun kerap membalas perhatiannya. Aku takut dia menjauh setelah dia tahu isi hatiku yang sebenernya.
Komentar
Posting Komentar