Langsung ke konten utama

Sholawat Cinta

Tak ada yang bisa merubah takdir kecuali doa. Itulah yang selalu tertanam di hatiku. Aku mencintai lelaki yang telah memiliki kekasih hati. Awalnya aku cuek padanya, komunikasi hanya sekedar menyapa dan tanya kabar tetapi lambat laun dia memberikan banyak sinyal-sinyal yang menunjukan betapa pedulinya dia terhadapku, dia selalu hadir di setiap tulisan statusku, bahkan sepertinya dia telah melacak media sosialku karena kutemukan sebuah jempol pertanda dia mengikuti dan menyukai fans pageku. Aku berpikir pasti dia tak menemukan akun media sosialku, sebab nama akunku telah kuubah untuk sementara.

Semakin lama mengenalnya semakin bertambah pula perhatiannya, lalu hatiku mulai luluh  bahkan mulai berharap dialah lelaki yang kelak menjadi pendampingku, imam dalam rumahtanggaku, ayah dari anak-anakku. Kudapati keyakinan dia lelaki yang sangat bertanggungjawab, giat bekerja dan semangat dalam beribadah. Tapi aku menyadari satu hal, dia kekasih dari perempuan lain dan bisa jadi perempuan itupun sangat mengharapkannya. Aku tak akan merebutnya dari perempuan, aku tak mau melukainya, biarlah takdir Allah yang menentukan. Aku selalu bersholawat seraya berdoa  agar Allah menyatukanku dengannya, kadang aku terkesan memaksa kehendakku padaNYA. Aku tak pernah lelah berdo'a dan bersholawat, pagi, siang, malam, saat sujud terakhir dalam sholat fardu dan sunah, dalam safar, ketika di majlis ilmu dan ketika hujan turun.

Suatu malam lelaki itu datang secara khusus padaku menanyakan isi hatiku, tapi aku tak menjawab dengan sejujurnya, aku menjawab, aku mengaggapmu sebagai kakak lelakiku. Aku takut dia hanya mengujiku karena akupun kerap membalas perhatiannya. Aku takut dia menjauh setelah dia tahu isi hatiku yang sebenernya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review

Judul:  Heart Block Penulis: Okke Sepatumerah Penerbit: GagasMedia Senja  Hadiningrat mengawali karirnya dari sebuah novel pertamanya berjudul Omnibus, ia berhasil meraih juara pertama dalam festival Penulis Indonesia kategori Pendatang Baru   Berbakat. Ia mendapat kesempatan memperdalam bakat menulisnya dengan mengikuti program menulis kreatif, tetapi novel yang ditulisnya tak sebagus novel pertamanya, hingga dewan juri membanding-bandingkannya dengan Omnibus.  Senja dibanjiri tawaran menulis. Tasya sang kakak tiri menobatkan diri sebagai manager Senja, ia menyarankan Senja menerima tawaran dari penerbit lain yang bekerja sama dengan sebuah merk fashion sepatu perempuan. Singkatnya, Senja harus menulis novel urban yang mengandung unsur promosi produk sepatu tersebut. Karya Senja itu pun meledak di pasaran. Banyak kaum muda khususnya perempuan yang menyukai novel tersebut. Seiring dengan melejitnya karir Senja sebagai penulis, kesibukannya pun bertambah. Ia wajib mengikuti kegi

Kotak Kosong

Kotak Kosong Lamat-lamat suara tahlilan menyeruak dari rumah sederhana di bibir pantai selatan. Gemerincik air hujan yang jatuh di atas tenda plastik berwarna biru seakan menambah suasana duka di desa terpencil itu. Puluhan pemuda dan beberapa anggota polisi duduk bergerombol sambil menatap karangan bunga duka cita dari komandan pasukan pengamanan presiden. Sementara di sudut rumah bagian tengah seorang perempuan setengah baya masih tak sadarkan diri melihat jasad suaminya terbujur kaku penuh luka tusukan senjata tajam. “Kenapa ya kematian pak kades begitu tragis dan mendadak?” ujar Randy pada sahabatnya “Sudah ajalnya begitu.” “Tapi aku mencurigai satu nama disini.” “Siapa?” tanya Abdul “Aku yakin dalang di balik penculikan dan pembunuhan pak kades adalah pak Imong, kan pak Imong salah satu calon lawan pak kades, lagian ya pak Imong itu sepertinya antusias banget pengen jadi kepala desa, Cuma wajahnya aja sok alim, padahal hatinya busuk.” Bisik Randy persis di daun teli

Untuk Sebuah Cinta Suci

Allahumma shoyyiban nafi’aan Zahra menggosok-gosok telapak tangan agar tubuhnya tidak terlalu dingin. Sementara Gi membuka jaket yang dikenakannya lalu membalutkannya pada tubuh Zahra. Dengan cekatan Gi memesan satu gelas teh manis hangat dan meminumkannya pada Zahra. “Sudah tidak terlalu dingin kan?” Zahra menggelengkan kepala. “Mie ayamnya cepet dimakan, nanti keburu dingin!” “Masih males gerakin tangan.” “Yah, mulai deh manjanya, bilang aja pengen disuapin.” Ujar Gi sambil mengambil sendok garpu, ia bermaksud menyuapi Zahra, tetapi tangannya ditahan Zahra. “Bisa sendiri kok.” “Siapa juga yang mau suapin kamu.” “Ya udah fokus makan masing-masing.” Zahra pura-pura ngambek. Mereka diam bebrapa menit. “Ra,” “Hmmm.” Zahra mengangkat kepalanya, menatap wajah Gi, lalu tertawa. “Ada yang lucu dengan wajahku?” tanya Gi. Zahra hanya tersenyum, ia mengambil tisu lalu membersihkan dagu kekasihnya yang belepotan bumbu mie ayam.   “Ra apa kamu yakin dengan keputusan