Tumbal Keinginan
Juli bulan pembatas usiaku saat itu
Ku harus rela melepas semua jas putih pengenal diri
Langkah kaki meninggalkan sejuta kenangan bersama
Dimana kutanam dan ditempa filsafat ikhlas dari guruku tersayang
Tegur sapa selalu menghias ruangan dikala sang surya mulai menampakan diri
Diatas permukaan bukit
Relung hati selalu mengelabui bila semua itu terlukis kembali
Dalam ilusi lamaku
Dalam ilusi lamaku
Kini kuhanya bisa berdiri diatas permukaan bukit kecil
Dipinggir ombak yang bergemuruh
sembari memandangi keindahan terumbu-terumbu yang mulai terabaikan
sembari memandangi keindahan terumbu-terumbu yang mulai terabaikan
Lambaian nyiur tak mampu kubalas bila kudengar sandaranku
berpijak pada angan-angan masa depan, ku hanya bisa mengelus dada
dan mengusap wajah saat sandaranku menyapa kabartentang diriku
berpijak pada angan-angan masa depan, ku hanya bisa mengelus dada
dan mengusap wajah saat sandaranku menyapa kabartentang diriku
Ingin hati menyebrang ke Malaysia,
namun selat Malaka tak jadi penghubung aku dan dia
namun selat Malaka tak jadi penghubung aku dan dia
Pasrah dan menyerah menuai bila ku baca Koran dan majalah,
Tinggi tak mungkin ku daki
dan dekat tak mungkin kumelangkah
Tinggi tak mungkin ku daki
dan dekat tak mungkin kumelangkah
Hujan protes selalu mengguyur badanku dikala ku teriakmemohon bandingan cita-cita
Tak ku sadari semua yang terjadi bahwa ku hidup di antaralangit dan bumi
Hingga perasaanlah yang menjadi tumbal keinginanku
Komentar
Posting Komentar